Musisi Bali Kritik Krisis Lingkungan Hidup di Bali - Musisi Bali mengeritik tajam soal komitmen Pemprov Bali dalam mengelola
lingkungan hidup. Kritik tersebut langsung disampaikan oleh musisi
kepada Gubernur Bali Made Mangku Pastika.
Drummer grup band Superman Is Dead (SID), Jerinx mendatangi Sekar
Tunjung Center (STC), posko pemenangan Made Mangku Pastika pada
Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali 15 Mei 2013.
Jerinx yang datang bersama pemuda Desa Adat Kuta itu menagih janji Made
Mangku Pastika atas delapan butir terkait permasalahan Kuta yang telah
disampaikannya beberapa waktu lalu saat temu warga (simakrama) di
wantilan DPRD Bali.
"Saya ke sini untuk menanyakan tindak lanjut butir-butir yang pernah
kami sampaikan beberapa waktu lalu," kata Jerinx, Rabu (9/4).
Saat bertemu, Gubernur Made Mangku Pastika bertanya kepada Jerinx dan
teman-temannya. "Sekarang saya tanya, apa yang kalian inginkan?" tanya
Pastika.
Ditanya begitu, Jerinx menjawab jika kedatangannya ingin meminta
ketegasan Pastika soal butir-butir yang pernah disampaikannya itu.
"Kami ingin meminta ketegasan soal butir-butir yang kami minta," tegas
Jerinx.
Tiap pagi, kata Jerinx, anak-anak sekolah melihat pemandangan
orang-orang yang mabuk saat mereka hendak berangkat ke sekolah.
"Pemandangan anak-anak sekolah pagi-pagi melihat orang mabuk," tuturnya.
Mendapat jawaban itu, Pastika mengaku siap memfasilitasi dengan pihak
terkait. "Kalau itu mau kalian, yang penting jangan sampai bentrok
dengan Penglingsir (tokoh adat) dan orang-orang yang mencari makan di
sana," kata Pastika.
Pastika menjelaskan, apa yang disampaikan Jerinx dan rekan rekannya itu
sesungguhnya persoalan klasik. "Yang Anda sampaikan itu sebetulnya
persoalan lama. Sejak dulu itu. Kalau masalah di Kuta saya prihatin.
Saya jalan malam hari, tidak ada Bali-nya. Saya tanya, gimana ini, kok
jadi berubah begini. Bau dupa tidak ada. Yang ada alkohol," imbuhnya.
Pastika mengaku tak mau disalahkan dalam perubahan drastis yang dialami
Kuta. "Saya pergi meninggalkan Bali tahun 1963 dan datang tahun 2002.
Jadi, saya tidak ikut salah atas kerusakan Bali loh. Saya bukan tidak
mau disalahkan. Saya pergi transmigrasi. Mohon maaf, saya diperlukan di
tempat lain," jelas Pastika.
Untuk melakukan perubahan itu, Pastika menginstruksikan agar hal itu
dilakukan dari dalam. "Itu dari dalam, dari kalian sendiri. Saya
prihatin banget. Kita atur waktunya, saya atur waktu dengan bupati. Ini
harus diterima. Ini anak-anak yang peduli. Ini karena kerakusan kita
kepada materi. Yang jadi Ida Bhatara adalah duit," imbuh dia.
"Kuta jangan diubah. Pertahankan sedikit Bali-nya. Yang pertahankan itu
terdapat peran desa pakraman, kelian, pecalang, prajuru, teruna-teruni
dan pemerintah. Bupati yang harus melarang. Bongkar kalau perlu. Hotel
Stone itu tak ada arsitektur Bali-nya. Waktu itu mau diresmikan
Presiden. Saya bilang jangan mau. Akhirnya cuma meresmikan HIPMI lalu
pulang," jelas mantan Kapolda Bali itu.
Menurut dia, kewenangan adat lebih powerfull dari aparat keamanan. "Adat
itu lebih powerfull dari polisi loh. Saya dulu Presiden mau ke museum
Rudana, kok tidak sampai-sampai. Kami mutar ke Pejeng. Presiden saja
tidak bisa lewat karena ada upacara. Itu hebatnya pecalang kita.
Presiden aja gak bisa lewat," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar