Rabu, 10 April 2013

Musisi Bali Kritik Krisis Lingkungan Hidup di Bali

Musisi Bali Kritik Krisis Lingkungan Hidup di Bali - Musisi Bali mengeritik tajam soal komitmen Pemprov Bali dalam mengelola lingkungan hidup. Kritik tersebut langsung disampaikan oleh musisi kepada Gubernur Bali Made Mangku Pastika.

Drummer grup band Superman Is Dead (SID), Jerinx mendatangi Sekar Tunjung Center (STC), posko pemenangan Made Mangku Pastika pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali 15 Mei 2013.

Jerinx yang datang bersama pemuda Desa Adat Kuta itu menagih janji Made Mangku Pastika atas delapan butir terkait permasalahan Kuta yang telah disampaikannya beberapa waktu lalu saat temu warga (simakrama) di wantilan DPRD Bali.

"Saya ke sini untuk menanyakan tindak lanjut butir-butir yang pernah kami sampaikan beberapa waktu lalu," kata Jerinx, Rabu (9/4).

Saat bertemu, Gubernur Made Mangku Pastika bertanya kepada Jerinx dan teman-temannya. "Sekarang saya tanya, apa yang kalian inginkan?" tanya Pastika.

Ditanya begitu, Jerinx menjawab jika kedatangannya ingin meminta ketegasan Pastika soal butir-butir yang pernah disampaikannya itu.  "Kami ingin meminta ketegasan soal butir-butir yang kami minta," tegas Jerinx.

Tiap pagi, kata Jerinx, anak-anak sekolah melihat pemandangan orang-orang yang mabuk saat mereka hendak berangkat ke sekolah. "Pemandangan anak-anak sekolah pagi-pagi melihat orang mabuk," tuturnya.

Mendapat jawaban itu, Pastika mengaku siap memfasilitasi dengan pihak terkait. "Kalau itu mau kalian, yang penting jangan sampai bentrok dengan Penglingsir (tokoh adat) dan orang-orang yang mencari makan di sana," kata Pastika.

Pastika menjelaskan, apa yang disampaikan Jerinx dan rekan rekannya itu sesungguhnya persoalan klasik. "Yang Anda sampaikan itu sebetulnya persoalan lama. Sejak dulu itu. Kalau masalah di Kuta saya prihatin. Saya jalan malam hari, tidak ada Bali-nya. Saya tanya, gimana ini, kok jadi berubah begini. Bau dupa tidak ada. Yang ada alkohol," imbuhnya.

Pastika mengaku tak mau disalahkan dalam perubahan drastis yang dialami Kuta. "Saya pergi meninggalkan Bali tahun 1963 dan datang tahun 2002. Jadi, saya tidak ikut salah atas kerusakan Bali loh. Saya bukan tidak mau disalahkan. Saya pergi transmigrasi. Mohon maaf, saya diperlukan di tempat lain," jelas Pastika.

Untuk melakukan perubahan itu, Pastika menginstruksikan agar hal itu dilakukan dari dalam. "Itu dari dalam, dari kalian sendiri. Saya prihatin banget. Kita atur waktunya, saya atur waktu dengan bupati. Ini harus diterima. Ini anak-anak yang peduli. Ini karena kerakusan kita kepada materi. Yang jadi Ida Bhatara adalah duit," imbuh dia.

"Kuta jangan diubah. Pertahankan sedikit Bali-nya. Yang pertahankan itu terdapat peran desa pakraman, kelian, pecalang, prajuru, teruna-teruni dan pemerintah. Bupati yang harus melarang. Bongkar kalau perlu. Hotel Stone itu tak ada arsitektur Bali-nya. Waktu itu mau diresmikan Presiden. Saya bilang jangan mau. Akhirnya cuma meresmikan HIPMI lalu pulang," jelas mantan Kapolda Bali itu.

Menurut dia, kewenangan adat lebih powerfull dari aparat keamanan. "Adat itu lebih powerfull dari polisi loh. Saya dulu Presiden mau ke museum Rudana, kok tidak sampai-sampai. Kami mutar ke Pejeng. Presiden saja tidak bisa lewat karena ada upacara. Itu hebatnya pecalang kita. Presiden aja gak bisa lewat," tuturnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar