"Dari situ (film indie) kreativitas tumbuh bebas, tidak dibebani persoalan berat tapi tetap mengekspresikan seni perfilman secara luas," ungkapnya dalam konferensi pers LA Lights Indiemovie, di Jogja National Museum, Sabtu (27/4) siang.
Ia pun mengharapkan kualitas film pendek agar terus ditingkatkan. Peningkatan kulaitas dapat dilakukan dengan mengikuti kompetisi internasional, termasuk peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui workshop.
Langkah pemerintah dalam mendukung film indie adalah dengan menyediakan fasilitas bagi sineas film Indi melalui bioskop untuk komunitas indie. Bioskop-bioskop tersebut, terangnya, masih trial n error di beberapa kota, yaitu Semarang, Purbalingga, dan Padang.
"Itu merupakan uji coba bioskop rakyat. Jika sukses, hal serupa akan diduplikasi ke daerah-daerah lain di seluruh nusantara," ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Windu juga menyampaikan rasa bangganya, dunia perfilman Indonesia punya masa depan dengan cerah melihat capaian yang telah diraih. Kita mencoba menata program dan struktur yang perlu dilakukan agar perfilman maju," ungkapnya.
Sementara itu, bagi sineas senior, Garin Nugroho, telah digelarnya LA Lights Indie Movie yang memasuki tahun ketujuh menandakan komunitas indie membutuhkan ruang untuk berbagi pengetahuan bersama dan mengekspresikan diri.
Untuk itu, komunitas menjadi penting karena komunitas menjadi sumber dari pengetahuan dan pendidikan anak muda. "Komunitas butuh keterampilan dan beberapa pengetahuan lintas wilayah," ungkapnya.
Keberadaan orang-orang yang berpengalaman dalam dunia perfilman untuk membagi pengetahuan dengan para komunitas seperti yang dilakukan dalam LA Lights Indie Movie inilah menurutnya yang menjadi hal penting dalam mentransfer ketrampilan, pengeyahuan, dan spirit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar