tendangNews - Badan Meteorologi Klimatologi dan Goefisika (BMKG) DI Yogyakarta
mengungkapkan, hujan yang terjadi di DI Yogyakarta dua hari ini
disebabkan oleh gangguan cuaca jangka pendek.
“Gangguan cuaca disebabkan oleh perubahan pola angin Selatan Jawa yang
mengakibatkan banyak uap air di Yogyakarta dan sekitarnya,” terang Kasi
Data dan Informasi BKMG Yogyakarta Tony Agus Wijaya, Minggu (31/3).
Akibatnya, cuaca di Yogyakarta terasa cerah, sedangkan pada siang atau
sore hari berpotensi hujan. Gangguan cuaca jangka pendek tersebut,
imbuhnya, hanya akan terjadi selama 3 hari.
Setelah gangguan cuaca jangka pendek, DI Yogyakarta kembali memasuki
musim pancaroba, peralihan musim hujan ke kemarau dengan curah hujan
mendekati
50mm perdasarian.
“Pada musim peralihan, potensi angin kencang lebih tinggi karena mudah terbentuk awan cumulus nimbus,” imbuhnya.
Kecepatan angin normal berkisar 0-30 kilometer/jam. Namun, potensi angin
kencang dengan kecepatan hingga mencapai 70 km/jam bisa terjadi.
Awal musim kemarau di DIY bervariasi. Kabupaten Gunungkidul bagian
Selatan yang pertama kali memasuki musim kemarau, yaitu pada April,
sedangkan yang
paling akhir adalah Kabupaten Kulonprogo pada akhir Mei.
“Wilayah Kota Yogyakarta diperkirakan memasuki musim kemarau pada akhir April,” ungkapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar