Kamis, 11 April 2013

Pendidikan Seks Justru Lindungi Anak-anak

Pendidikan Seks Justru Lindungi Anak-anak - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Arist Merdeka Sirait mendukung pendidikan seks di usia dini. Menurutnya, pendidikan tersebut dapat membantu anak-anak melindungi diri dan tubuhnya dari kejahatan seksual.

Arist menegaskan pelecehan seksual menghancurkan masa depan anak-anak. Sayangnya, para korban kerap disalahkan. Padahal, kata Arist, seluruh orang dewasa bertanggungjawab atas hal tersebut, termasuk orangtua, guru, dan masyarakat.

Menurut Arist, anak-anak harus tahu bahwa yang boleh melihat alat kelaminnya sendiri yaitu dirinya, ibunya, dan dokter yang didampingi ibunya. Selain itu, siapapun tak boleh melihat apalagi menyentuhnya.

Namun, Arist menyayangkan terkadang orangtua mendorong anak mendobrak pertahanan tubuh mereka. Biasanya, anak-anak remaja sudah merasa tak nyaman tubuhnya disentuh. Tapi orangtua malah menyuruh anak-anak mereka memeluk dan mencium pamannya.

"Secara tak langsung, anak-anak merobohkan ketahanan tubuh mereka," kata Arist.

Selain itu, Arist menyayangkan sekolah yang tak mendukung para korban pelecehan. Beberapa sekolah malah menghentikan pendidikan korban. Alasannya, untuk menjaga nama baik sekolah dan mengecap korban tak bermoral.

"Justru, para guru itulah yang tak bermoral," tegas Arist.

Lantaran itu, Arist menyarankan orangtua dan guru membuka komunikasi dengan anak-anak. Misal, tanyakan hal menyenangkan dan tak menyenangkan di sekolah maupun rumah.

Arist menyebutkan 37 dari 87 kasus pelecehan seksual di Indonesia bermula dari asmara online. Korbannya adalah praremaja yang usianya 12 tahun hingga remaja.

Biasanya, kata Arist, komunikasi anak-orangtua terputus. Anak-anak pun menghabiskan waktu mereka di depan internet dan berkomunikasi dengan sekelompok orang yang memanfaatkan kondisi tersebut. Anak-anak pun bersedia diajak bertemu. Peluang itupun dimanfaatkan pelaku untuk mencabuli korban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar