Pendidikan Seks Justru Lindungi Anak-anak - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Arist Merdeka Sirait
mendukung pendidikan seks di usia dini. Menurutnya, pendidikan tersebut
dapat membantu anak-anak melindungi diri dan tubuhnya dari kejahatan
seksual.
Arist menegaskan pelecehan seksual menghancurkan masa depan anak-anak.
Sayangnya, para korban kerap disalahkan. Padahal, kata Arist, seluruh
orang dewasa bertanggungjawab atas hal tersebut, termasuk orangtua,
guru, dan masyarakat.
Menurut Arist, anak-anak harus tahu bahwa yang boleh melihat alat
kelaminnya sendiri yaitu dirinya, ibunya, dan dokter yang didampingi
ibunya. Selain itu, siapapun tak boleh melihat apalagi menyentuhnya.
Namun, Arist menyayangkan terkadang orangtua mendorong anak mendobrak
pertahanan tubuh mereka. Biasanya, anak-anak remaja sudah merasa tak
nyaman tubuhnya disentuh. Tapi orangtua malah menyuruh anak-anak mereka
memeluk dan mencium pamannya.
"Secara tak langsung, anak-anak merobohkan ketahanan tubuh mereka," kata Arist.
Selain itu, Arist menyayangkan sekolah yang tak mendukung para korban
pelecehan. Beberapa sekolah malah menghentikan pendidikan korban.
Alasannya, untuk menjaga nama baik sekolah dan mengecap korban tak
bermoral.
"Justru, para guru itulah yang tak bermoral," tegas Arist.
Lantaran itu, Arist menyarankan orangtua dan guru membuka komunikasi
dengan anak-anak. Misal, tanyakan hal menyenangkan dan tak menyenangkan
di sekolah maupun rumah.
Arist menyebutkan 37 dari 87 kasus pelecehan seksual di Indonesia
bermula dari asmara online. Korbannya adalah praremaja yang usianya 12
tahun hingga remaja.
Biasanya, kata Arist, komunikasi anak-orangtua terputus. Anak-anak pun
menghabiskan waktu mereka di depan internet dan berkomunikasi dengan
sekelompok orang yang memanfaatkan kondisi tersebut. Anak-anak pun
bersedia diajak bertemu. Peluang itupun dimanfaatkan pelaku untuk
mencabuli korban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar