Koalisi oposisi Malaysia pimpinan Anwar Ibrahim menggelar rapat raksasa
di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (12/1). Dalam rapat yang dihadiri
puluhan ribu peserta itu, Anwar menyerukan agar rakyat memilih kelompok
oposisi pada pemilihan umum mendatang.
Polisi setempat mengatakan
sedikitnya 45.000 orang memenuhi Stadion Merdeka di pusat kota Kuala
Lumpur, tempat rapat raksasa digelar. Namun, pihak penyelenggara
menyebutkan lebih dari 100.000 orang menghadiri acara tersebut.
Foto-foto
yang diunggah laman malaysiakini.com menunjukkan stadion berkapasitas
25.000 tempat duduk itu penuh sesak, baik di lapangan rumput di tengah
maupun seluruh tribune tempat duduk. Kerumunan massa juga terlihat
membanjiri kawasan di sekitar stadion.
Berbeda dengan dua unjuk
rasa besar-besaran pihak oposisi sebelumnya yang berakhir rusuh, rapat
raksasa kali ini berjalan tertib dan aman. Polisi menutup semua ruas
jalan utama di pusat kota sehingga massa bisa berbaris dengan damai ke
Stadion Merdeka.
Seperti dua unjuk rasa sebelumnya, pihak oposisi
kembali menyerukan pelaksanaan pemilu yang lebih transparan di
Malaysia. ”Jika kalian curang pada pemilu kali ini, rakyat akan bangkit
untuk menggulingkan kalian,” ujar Anwar dalam pernyataan yang diarahkan
kepada Komisi Pemilihan Umum Malaysia, yang dianggap pro-pemerintah.
Anwar
juga memanfaatkan momen rapat raksasa itu untuk memulai kampanye
menjelang pemilu, yang paling lambat akan digelar Juni mendatang.
”Kami
memohon kepada Anda untuk memberi kami kesempatan sehingga suara rakyat
akan menjadi suara para pemimpin bangsa ini,” kata Anwar di hadapan
massa yang sebagian besar mengenakan kaus warna kuning.
Anwar
mengatakan, pemerintahan Malaysia saat ini, yang dikuasai koalisi
Barisan Nasional, telah salah mengurus negara dan penuh korupsi.
”Waktunya sudah tiba untuk mengubur ketidakadilan pemerintahan ini,”
kata mantan Deputi Perdana Menteri Malaysia yang kemudian menjadi
pemimpin kelompok oposisi itu.
Tak butuh perubahan
Seruan
Anwar itu langsung ditanggapi kubu pemerintah dengan mengatakan
Malaysia tidak butuh perubahan pemerintahan. ”Kita memiliki pemerintah
dan ekonomi yang bagus, jadi mengapa harus berubah?” ujar Deputi PM
Malaysia Muhyiddin Yassin. Ia melanjutkan, Barisan Nasional telah
membawa kedamaian dan kemakmuran bagi seluruh rakyat negeri itu.
Barisan
Nasional berkuasa di Malaysia sejak negara itu merdeka dari jajahan
Inggris pada 1957. Namun, koalisi itu dikejutkan pada Pemilu 2008 saat
kelompok oposisi pimpinan Anwar berhasil merebut lebih dari sepertiga
kursi Barisan Nasional di parlemen.
PM Najib Razak berjuang keras
meraih kembali dukungan rakyat dengan mencabut sejumlah undang-undang
keamanan yang represif dan menyalurkan lebih banyak uang bagi kaum
miskin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar