Pembuatan senjata api ini memakan waktu satu tahun dan saat dilakukan uji coba di Austin, Texas, hasilnya tidak mengecewakan. Teknologi ini bekerja dengan menumpuk berlapis-lapis materi, biasanya plastik, untuk membangun sebuah objek padat yang kompleks.
Idenya adalah dengan semakin murahnya harga printer, maka konsumen dapat dengan mudah mengunduh desain dan mencetak benda-benda yang mereka inginkan di rumah, dari pada berbelanja ke toko.
Pistol ini dibuat dari mesin cetak 3D seharga US$8.000 (setara Rp77 juta) yang dibeli di situs lelang eBay.
Defense Distributed dipimpin Cody Wilson, mahasiswa hukum berusia 25 tahun yang dari Universitas Texas. Wilson mengatakan menginginkan sebuah "kebebasan".
Ia mengatakan pada BBC, "Ada tuntutan pasar yang tinggi atas senjata api. Tapi di banyak negara Anda tidak bisa memiliki pistol dan hal itu kini tidak berlaku lagi.
"Saya melihat dunia di mana teknologi mengatakan Anda bisa memiliki apa pun yang Anda inginkan. Hal itu bukan lagi merupakan kebijakan para politisi."
Namun, sebagaimana layaknya teknologi lain, temuan ini tidak hanya memiliki manfaat tetapi juga risiko. Aktivis antisenjata api mengkritik proyek tersebut. Sedangkan badan pengawas hukum Eropa mengatakan, akan memantau perkembangan yang terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar