Studi di Universitas Keele, Inggris, atas 1.200 anak meneliti kaitan antara korban bully dan jenis humor yang disukai. Hasilnya menunjukkan bahwa humor positif digunakan anak-anak untuk meningkatkan status mereka di mata teman-temannya. Sedangkan anak korban bully cenderung melakukan hal berlawanan.
Psikolog Claire Fox mengatakan, humor yang tepat dapat menjadi 'senjata' untuk mencegah anak-anak menjadi korban bully.
Menurut Fox, "badut kelas" yang menunjukkan "kompetensi sosial" dengan membuat orang tertawa dan menceritakan kisah-kisah lucu cenderung tidak menjadi korban. Namun, mereka yang menyukai humor merendahkan diri sendiri justru mengundang anak lain untuk menyakiti mereka secara fisik atau verbal.
"Studi kami menunjukkan bahwa humor memainkan peran penting dalam bagaimana anak berinteraksi satu sama lain dan bahwa anak-anak yang menggunakan humor untuk memperolok diri mereka sendiri lebih berisiko menjadi korban bully," kata Dr Fox.
"Kami tahu bahwa humor negatif ini adalah perilaku bentukan yang dipengaruhi lingkungan sosial seorang anak dan bukan genetik."
Oleh karenanya, perilaku tersebut lebih mudah diubah. Langkah berikutnya adalah mempelajari kemungkinan mendidik anak-anak untuk menggunakan humor sebagai kekuatan dan mendorong mereka tidak membuat lelucon yang memperolok diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar