Banyak bukti untuk menunjukkan makin parahnya banjir Jakarta. Salah
satunya adalah melihat peristiwa yang terjadi di Istana Kepresidenan
Jakarta, 10 tahun terakhir.
Kamis (17/1/2013) pukul 10.30, Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner dijadwalkan tiba di Istana Merdeka. Namun, jadwal dimundurkan karena sampai pukul 11.00 Istana masih tergenang.
Ketinggian genangan di depan Istana Merdeka dan Jalan Merdeka Barat
mencapai 40 sentimeter. Jalan ini sedianya dilewati iring-iringan sedan
Presiden Argentina menuju Istana. Dengan genangan setinggi itu, tak
satu jenis sedan pun berani melintasinya, apalagi membawa tamu negara.
Akibat
hujan deras yang Rabu malam mengguyur wilayah Jakarta dan sekitarnya,
drainase di luar dan di dalam Istana meluap dan berarak masuk Istana,
Kamis pagi. Selain di Jalan Merdeka Utara dan Jalan Merdeka Barat,
genangan air berwarna coklat masuk ke halaman rumput di dalam Istana,
tempat patung-patung telanjang dari perunggu diletakkan. Genangannya
mencapai 40 sentimeter. Halaman ini memisahkan Masjid Istana, Wisma
Negara, Istana Merdeka, dan Istana Negara.
Sekitar satu jam sebelum jadwal menerima Presiden Argentina, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan celana digulung selutut turun ke genangan di halaman Istana. Dengan
celana digulung juga, sejumlah pejabat, seperti Menteri Luar Negeri
Marty Natalegawa, menemani. Marty ada di Istana sejak pagi untuk
persiapan menyambut kunjungan kenegaraan ini.
Karena genangan
yang merendam halaman Istana ini, kedatangan Presiden Argentina
diundur. Saat genangan di jalan yang dilintasi menuju Istana Merdeka
surut, sekitar pukul 11.30, Presiden Argentina diterima di Istana
Merdeka.
Kemarin, Jakarta praktis lumpuh. Sungai-sungai meluap
karena curah hujan yang tinggi di sekitar Jakarta ataupun di wilayah
hulu sungai. Jalan utama, seperti Jalan MH Thamrin, tergenang. Istana
terkepung banjir. Untuk masalah Istana terkepung banjir, memang bukan
kemarin saja.
Genangan sebelumnya
Awal
Februari 2002, hujan deras mengguyur Jakarta berhari-hari. Permukiman
di sekitar sungai di Jakarta terendam berhari-hari hingga 2 meter.
Mungkin karena lelah rumah mereka kebanjiran berhari-hari, puluhan warga
Kampung Melayu mendatangi Pintu Air Manggarai. Kepada petugas yang
menjaga, mereka memaksa pintu aliran air yang mengarah ke Ciliwung Kota
dibuka.
”Genangan air di tempat kami tetap tidak mau turun. Harus
adil dong, pintu yang ke sini (Kali Ciliwung Kota) yang mengalir ke
Kramat, Istiqlal, hingga ke Kota juga harus dibuka. Makanya, pintu air
ke Istana Negara itu harus dibuka. Bukan ditutup saja dan malah dijaga
aparat,” ucap Heri, warga Jalan Tanah Rendah, RT 002 RW 008, Kampung
Melayu, saat itu.
Setelah dibuka, halaman Istana tergenang hingga
25 sentimeter. Air juga menggenangi Dukuh Atas, Pasar Baru, Glodok,
Kota, Jalan MH Thamrin, Budi Kemuliaan, Sudirman, Kebon Sirih, Medan
Merdeka, Jatibaru, Sabang, dan Menteng.
Awal Februari 2008, Jalan
MH Thamrin juga tergenang. Karena genangan ini, Presiden Yudhoyono yang
akan ke Istana turun dari sedan pindah ke kendaraan yang lebih tinggi.
Sedan yang ditinggalkan mogok dan diderek menuju Istana. Saat itu,
genangan tidak masuk Istana. Namun, ini bukan pertanda penanganan banjir
Jakarta membaik. Digulungnya celana Presiden kemarin adalah buktinya.
Mau
sampai kapan banjir Jakarta dibiarkan makin parah? Kesadaran sudah ada
dan selalu diperbarui setiap banjir tiba. Tidak mungkin kita hanya
sadar saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar