Unit Pelaksana Teknis (UPT) Hujan Buatan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) siap melakukan rekayasa untuk mengurangi hujan di
wilayah DKI Jakarta guna menghindari banjir.
Kepala UPT HUjan Buatan BPPT F Heru Widodo kepada Media Indonesia
menjelaskan, para kru sudah siap melaksanakan modifikasi curah hujan.
"Kami akan melakukan modifikasi pada 26 Januari menggunakan pesawat
Hercules dengan posko sementara di Halim Perdanakusumah. Sebab saat ini
beberapa pesawat Cassa dari TNI AU dan AL belum siap. Kalau sudah siap
semua, posko hujan buatan ini akan dilakukan di Pondok Cabe, Tangerang
Selatan," kata Heru.
Ia menjelaskan dari prediksi pergerakan awan, pada 26-28 Januari
mendatang akan terjadi hujan tetapi intensitasnya tidak sebesar hujan
yang terjadi pada 17-19 Januari lalu. "Ada jedanya. Nah untuk mencegah
hujan besar ini, kami sudah bersiap-siap untuk melakukan modifikasi
hujan selama dua bulan," imbuhnya.
Ia kemudian menjelaskan metode modifikasi untuk mencegah terjadinya
hujan besar di daratan DKI Jakarta dan sekitarnya. Menurutnya, jenis
awan Cumulus yang berbentuk seperti bunga kol merupakan awan yang
berpotensi hujan. Metode yang dipakai BPPT adalah metode kompetisi. Para
perekayasa akan mencari calon-calon awan di sekitar barat daya, barat
laut, dan sebelah barat Pulau Jawa, atau di wilayah Selat Sunda dan
Anyer.
Mereka akan menyemai bahan ke dalam awan. Bahan yang berbagai aneka
garam dengan ukuran 2-5 mikron ini ditanam di awan dengan bantuan
pesawat terbang. Selain memakai pesawat terbang, juga bisa menggunakan
sistem statis melalui wahana Ground Base Generator (GBG). Menurut Heru,
akan ada lima GBG yang ditempatkan di sekitar Gunung Gede dan 25 titik
di wilayah DKI Jakarta. Penggunaan GBG ini untuk memodifikasi awan agar
terpecah. Ditambah dengan lima pos meteorologi yang melaporkan kondisi
cuaca terkini.
Metode lainnya yang dilakukan BPPT berupa metode penyemaian awan dengan
teknologi flare perak iodida yang berbentuk tabung. Mirip roket, tabung
yang dipasang di sayap pesawat siap ditembakkan ke awan.
Dengan terpecahnya awan-awan Cumulus, seluruh awan akan berkompetisi.
Semakin banyak kompetisi, akan banyak awan yang menjadi impoten atau
mandul karena tidak bisa menghasilkan air sama sekali. Awan-awan yang
akan berpotensi jadi hujan terus diawasi hingga pergerakan di ketinggian
sekitar 9.000-10.000 kaki. "Dari ketinggian itu, sudah bisa hujan,
dengan intensitas lebih rendah karena sudah dipecah," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar