Anggota legislatif Afghanistan mengatakan pada Rabu (9/1), bahwa perang
saudara akan terjadi jika Washington memutuskan untuk menarik semua
pasukannya di negara itu setelah 2014.
Sebelumnya, Gedung Putih menyatakan sedang mempertimbangkan pilihan
untuk menarik semua pasukan--meskipun salah satu pejabat tinggi militer
merekomendasikan untuk tetap menempatkan tentara di Afghanistan.
Pilihan tersebut, ditambah reaksi kemarahan dari pejabat Afghanistan
diperkirakan akan menjadi pembicaraan utama dalam pertemuan antara
Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Afghanistan Hamid
Karzai di Washington, Jumat.
Pertemuan tersebut diperkirakan berlangsung tegang, mengingat perbedaan
yang besar dalam persoalan perang di negara itu. "Jika Amerika Serikat
menarik semua pasukannya tanpa rencana yang memadai, perang saudara yang
terjadi pada 1990an akan terulang kembali," kata Naeem Lalai, seorang
anggota legislatif yang berasal dari provinsi tempat lahirnya Taliban,
Kandahar.
"Penarikan penuh akan membuka jalan bagi Taliban untuk mengambil alih militer," kata Lalai lagi.
Saat Uni Soviet (sekarang Rusia) meninggalkan Afghanistan pada 1989
setelah satu dekade peperangan, bantuan-bantuan internasional dari
negara barat yang ingin menghentikan penyebaran ideologi komunis tiba
tiba berhenti.
Yang terjadi kemudian adalah runtuhnya pemerintahan sosialis dan perang
saudara. Peperangan itulah yang membuka jalan bagi Taliban merebut
kekuasaan.
Saat ini, Amerika Serikat menempatkan sekitar 68.000 personel militer di
negara itu dan diperkirakan akan terus berkurang menjelang 31 Desember
2014 -- tanggal berakhirnya misi yang dipimpin NATO di Afghanistan.
NATO dan negara-negara yang turut dalam misi itu sekarang sedang berpacu
dengan waktu untuk melatih 350.000 penduduk lokal menjadi pasukan
keamanan yang kuat. Meskipun NATO akan mengakhiri misinya, sebagian
besar pejabat teras Afghanistan mengasumsikan bahwa pasukan Amerika
Serikat akan tetap tinggal.
>>> sumber <<<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar