Jogja Air Show di kawasan Pantai Parangtritis, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta, 8-10 Februari 2013 batal pecahkan rekor untuk
Museum Rekor Dunia Indonesia dalam kategori ground handling paralayang
terbanyak.
"Awalnya memang ada rencana (pecahkan rekor), namun karena ada perubahan
jadwal, waktu tidak mencukupi," kata Ketua Potensi Dirgantara
(Kapordirga) Layang Gantung Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) DIY,
Wisnu Windarto, Minggu (10/2).
Usai penutupan Jogja Air Show di pantai Depok, Parangtritis, Bantul, ia
mengatakan, rencananya panitia ingin menciptakan rekor MURI ground
handling paralayang terbanyak dengan jumlah peserta sekitar 150 orang.
Panitia paralayang Alfari Widya Asmara mengatakan, panitia memang
sengaja meniadakan penciptaan rekor MURI Ground Handling paralayang
terbanyak, karena faktor angin kencang juga banyaknya pengunjung di
pantai.
"Untuk menerbangkan satu payung paralayang dibutuhkan space atau ruang
sepanjang sepuluh meter, jumlah pengunjung dan peserta juga banyak.
Khawatirnya jika payungnya mengembang dapat membahayakan," katanya.
Meski demikian, kata dia, penyelenggara berharap dapat menciptakan rekor
MURI pada pelaksanaan Jogja Air Show pada tahun depan. "Semoga tahun
depan kondisi anginnya mendukung," katanya.
Selama beberapa hari pelaksanaan Jogja Air Show setidaknya tiga peserta
paralayang mengalami kecelakaan, karena gagal landing yang diakibatkan
perubahan arah angin secara mendadak sehingga memicu payung peserta
tidak dapat turun ke tanah.
Dua dari Malang, satunya dari Jawa Barat, namun ketiga atlet hanya
mengalami luka ringan dan setelah menjalani perawatan di rumah sakit
mereka dapat kembali mengikuti perlombaan.
Meski demikian, kata dia, Jogja Air Show dengan tema Pelangi Nusantara
ini berhasil memecahkan rekor FASI dalam cabang remote control (RC)
aeromodelling yakni menerbangkan 27 pesawat radio control aeromodelling
secara bersamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar